Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erupsi, Gemuruh, serta Lava Pijar Terjadi Setiap 30-60 Menit di Gunung Karangetang

Kompas.com - 07/01/2019, 10:13 WIB
Skivo Marcelino Mandey,
Khairina

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com — Kepala BPBD Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) Bob Wuaten mengatakan, status Gunung Karangetang hingga saat ini berstatus level III atau Siaga.

"Itu sejak 20 Desember 2018, status Gunung Api Karangetang menjadi Siaga atau level III," kata Wuaten lewat pesan singkat kepada Kompas.com, Senin (07/01/2019).

"Setiap 30-60 menit terjadi erupsi yang ditandai dengan gemuruh atau embusan dan asap serta lava pijar," jelasnya.

Baca juga: Gunung Karangetang Keluarkan Guguran Lava dan Suara Gemuruh

Sementara itu, Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang mencatat secara visual gunung kabut 0-I hingga kabut 0-II. Asap kawah tidak teramati.

"Kegempaan guguran terjadi 11 kali, amplitudo 5-10 milimeter, durasi  45-60 detik. Sedangkan embusan 12 kali, amplitudo 10-32 milimeter, durasi 35-60 detik. Terasa 5 kali, amplitudo 50-52 milimeter, S-P 15 detik, durasi 375-450 detik, skala I-III MMI," kata anggota Pos Pengamatan Gunung Api Karangetang Didi Wahyudi P Bina, dalam keterangan tertulis, Senin (7/1/2019) pukul 06.50 Wita.

Lanjut dia, untuk tektonik jauh terjadi 18 kali, amplitudo 10-52 milimeter, S-P 15 detik, durasi 75-450 detik.

"Tremor menerus (microtremor) terekam dengan amplitudo 0,5-2 milimeter (dominan 0,5 mm)," tambah Didi.

Dia menegaskan, tingkat aktivitas Gunung Karangetang level III atau Siaga.

Dia memberikan rekomendasi kepada masyarakat di sekitar Gunung Karangetang dan pengunjung atau wisatawan agar tidak melakukan pendakian dan tidak beraktivitas di dalam radius 2,5 kilometer dari Kawah 2 (kawah utara) dan Kawah Utama (kawah selatan) ke arah utara-timur-selatan-barat dan radius 3 kilometer ke arah barat laut.

Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang, kata Didi, diminta meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang yang dapat mengalir hingga ke pantai.

Masyarakat di sekitar Gunung Karangetang dianjurkan agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut guna mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.

Kompas TV Alat pengendali lahar Gunung Semeru berupa jaring besi disiapkan Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat di Lumajang, Jawa Timur. Alat ini diharapkan dapat menahan laju lahar Gunung Semeru sehingga dapat meminimalkan jumlah kerusakan maupun korban. Jaring besi dengan panjang 16 meter dan tinggi 6 meter terpasang di daerah aliran Sungai Rejali, Lumajang. Alat ini diyakini mampu menahan aliran lahar hujan Gunung Semeru berupa pasir dan bebatuan. Usia alat ini diprediksi bisa mencapai hingga 20 tahun. Untuk melihat fungsi alat ini petugas Kementerian PUPR telah memasang 2 kamera pemantau.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com