Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelapa Parut dari Sulut Banyak Peminat, Diekspor Serentak ke 4 Negara Senilai Rp 4,99 M

Kompas.com - 19/11/2020, 05:10 WIB
Skivo Marcelino Mandey,
Khairina

Tim Redaksi

 

MANADO, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian melalui Karantina Pertanian Manado kembali ekspor 193,4 ton kelapa parut asal Sulawesi Utara (Sulut) secara serentak ke empat negara.

Keempat negara itu yakni Cina sebanyak 104 ton, Irak 26 ton, Rusia 26 ton, Selandia baru sebanyak 37, 4 ton dengan total nilai ekonomi sebesar Rp 4,99 miliar.

Ekspor kelapa parut ini melalui Pelabuhan Laut Bitung, Rabu (18/11/2020).

Kelapa parut yang dikirim ke empat negara tersebut dijamin sehat dan aman sampai di negara tujuan, karena sudah memenuhi persyaratan negara tujuan baik dari aspek kesehatan maupun standar keamanan pangannya sebelum diberangkatkan,” kata Kepala Karantina Manado Donni Muksydayan, saat menyerahkan surat kesehatan tumbuhan atau phytosanitary certificate (PC) kepada eksportir Tri Mustika Cocominaesa dan PT. Royal Coconut.

Baca juga: Dongkrak Ekonomi, Jabar Ekspor Sayur hingga Kaktus

Ia menuturkan, kelapa parut asal Sulut ini semakin diminati di pasar global.

"Kelapa parut ini juga merupakan salah satu produk unggulan ekspor asal Sulut yang meningkat signifikan terutama dalam kondisi ekonomi yang melemah akibat wabah pandemi," ujar dia dalam rilis tertulis.

Menurut dia, hal ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah daerah dan juga kemudahan layanan ekspor oleh Bea Cukai dan layanan di pelabuhan yang baik dan kerja sama petani serta pelaku usaha yang sinergis, sehingga produk berkualitas dan pasar terus berkelanjutan.

Berdasarkan data Karantina Pertanian Manado tercatat fasilitasi ekspor kelapa parut selama bulan Januari hingga Oktober tahun 2020 sebanyak 16,72 ribu ton dengan nilai ekonomis Rp 397,51 miliar.

Hal ini meningkat sebanyak 31,3 persen dibanding periode sama tahun 2019 yang hanya berhasil mencatat sebanyak 12,73 ribu ton dengan perolehan nilai ekonomi Rp 261,56 miliar.

Donni menerangkan, supaya ekspor kelapa parut ini meningkat dan terus berkelanjutan, Karatina Pertanian Manado melakukan percepatan pelayanan tindakan karantina dan juga secara rutin memberikan bimbingan teknis pemenuhan persyaratan sanitari dan fitosanitari, sesuai yang dipersyaratkan negara tujuan ekspor.

"Salah satu cara untuk meningkatkan nilai pertumbuhan ekspor adalah dengan mendorong ekspor produk olahan setengah jadi dan bentuk jadi. Kini ekspornya tidak lagi dalam bentuk kelapa bulat namun sudah lebih banyak berupa santan atau kelapa parut," kata dia.

Baca juga: Ekspor Camilan Singkong dan Sarang Burung Walet Sumut Meningkat Selama Pandemi

Sementara itu, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil menyebutkan bahwa sejalan dengan tugas strategis yang diberikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, untuk mengawal upaya peningkatan ekspor dengan Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (Gratieks).

Pihaknya mendorong hilirisasi produk segar yang telah memiliki pasar ekspor.

Menurut Jamil, ekspor produk dalam bentuk olahan menjadi pilihan terbaik saat ini. Selain bernilai tambah, tahan lama dan mudah mengemasnya.

“Sulut sudah menerapkan hal ini pada komoditas kelapa, dan harapannya ke depan juga dilakukan pada komoditas pertanian segar unggulan ekspor lainnya," tukas Jamil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com